Seperti yang kita ketahui, Sistem kelistrikan Jawa, Madura, Bali merupakan sistem kelistrikan terbesar di Indonesia yang meliputi sistem tegangan ekstra tinggi (TET) 500 kV, serta tegangan tinggi (TT) 150 kV dan 70 kV. Dalam realisasinya, trend susut energi di sistem JMB cenderung menurun setiap tahunnya, dimana pada tahun 2017 dan 2018 rerata susut energi mencapai 2,34%, tahun 2019 turun ke 2,28%, dan kembali turun pada tahun 2020 ke 2,08%. Trend ini menjadi salah satu bukti keberhasilan PLN UIP2B JMB dalam mengoperasikan sistem JMB. Beberapa studi pun selalu dilakukan terkait upaya penurunan susut energi, dimana didapat beberapa asumsi faktor yang mempengaruhi susut energi di sistem operasi JMB, seperti regional balance (keseimbangan pusat pembangkit terhadap pusat beban), transfer daya pada sistem transmisi dari wilayah timur ke barat sistem JMB, dan topologi jaringan transmisi.
Namun demikian, berdasarkan data statistik susut energi sistem JMB di tahun 2020 tidak menemukan adanya korelasi antara regional balance dan transfer daya dengan nilai susut energi. Pada bulan Juni 2020, susut energi mengalami penurunan pada bulan Juli 2020, sedangkan CF transfer daya (rerata transfer daya timur-barat mengalami kenaikan di bulan Juli 2020. Selain itu, pada periode yang sama, komposisi pembebanan di wilayah timur pada Juni 2020 mengalami penurunan di Juli 2020. Hal ini tentunya terbalik dengan asumsi bahwa nilai susut energi akan sebanding dengan transfer daya timur-barat dan regional balance komposisi pembebanan di wilayah timur.
Oleh karena latar belakang yang disebutkan, dibuatlah kerjasama “Studi Analisa Susut Sistem Operasi Jawa, Madura dan Bali oleh PT PLN UIP2B Jamali dengan PSSL ITS. Berikut penjelasan mengenai fenomena yang terjadi pada sistem operasi tersebut. Sebelumnya, kita harus mengetahui apa itu incremental cost dan penalty factor. Penjelasan mudahnya, incremental cost merupakan perubahan dari total harga apabila jumlah produksi daya (MW) berubah. Sedangkan Penalty Factor adalah faktor lokasi yang memengaruhi generator di daerah x apabila dinyalakan daripada generator di daerah y dinyalakan, generator di daerah x atau y yang lebih menimbulkan banyak susut di sistem.
Setelah diperhitungkan dan disimulasikan menggunakan banyak metode, serta dibandingkan dengan negara Inggris dan negara lain seperti Eropa, diperoleh kesimpulan yang dapat menjawab permasalahan diatas. Berikut adalah ringkasan kesimpulan dari hasil studi kerjasama ini:
- Berdasarkan perhitungan susut berdasarkan hasil simulasi aliran daya dan estimasi kurva lama beban, maka estimasi susut di sistem Jawa, Madura dan Bali adalah atau 2,06 %.
- Susut daya pada hari libur pada Region A = 28,72 %, Region B 21,37 %, Region C = 13,34, Region D = 33,68 % dan Region E = 2,89 %. Sedangkan susut daya pada hari kerja pada Region A = 28,95 %, Region B 20,29 %, Region C = 14,53, Region D = 34,08 % dan Region E = 2,15
- Faktor yang sangat berpengaruh pada susut jaringan di sistem Jawa, Madura dan bali adalah
- Jarak antara pusat beban dengan pusat pembangkit listrik (Jarak antara Jakarta dan sekitarnya dengan pusat pembangkit berbahan bakar murah seperti di Tanjung Jati dan Paiton).
- Pembebanan dan impedansi saluran (Pembeban di sebelah barat Jakarta)
- Neraca daya di suatu region yang tidak seimbang sehingga harus dipasok dari region lain (Bali) atau harus memasok daerah lain (Pacitan), dan dibarengi dengan jarak yang jauh dengan daerah lain.
- Nilai susut pada sistem transmisi di negara lain sangat bervariasi dari 0,96 di Hungaria hingga 2,92% di Norwegia, berdasarkan data tahun 2018. Untuk negara ASEAN, sistem transmisi Malaysia mempunyai susut sebesar 1,35 %.
- Usaha menurunkan biaya pembangkitan dapat berpotensi untuk menaikkan susut jaringan, terutama jika langkah penurunan biaya pembangkitan dilakukan dengan menurunkan (atau mematikan) pasokan daya dari pembangkit listrik berbahan bakar mahal yang berlokasi di daerah atau bus dengan incremental losses dan penalty factor rendah dan menaikkan (atau menyalakan) pasokan daya dari pembangkit listrik berbahan bakar murah yang berlokasi di daerah atau bus dengan incremental losses dan penalty factor tinggi.
- Penerapan penalty factor pada economic dispatch di sistem Jawa Madura dan Bali dapat menurunkan susut jaringan. Namun, nilai penurunan tidak signifikan. Pada beban puncak siang, penurunan susut dapat dilakukan dari 2,367 % menjadi 2,354 %. Sedangkan pada beban puncak siang dari 2,383 % menjadi 2,343 %. Hal ini juga mengindikasikan bahwa operasi sistem Jawa Madura dan Bali telah Optimal ditinjau dari sisi biaya pembangkitan dan susut jaringan.